Selasa, 25 Februari 2014

Perpustakaan? Terlalu mainstream~

Satu kata yang terpikirkan ketika denger kata "perpustakaan"?

BUKU!!

Paradigma kita memang, perpustakaan = tumpukan buku berlimpah. Salah? Tidak juga. Memang Perpustakaan kan, tempat berkumpulnya para buku-buku, atau bisa diartikan, perpustakaan adalah pusat informasi, terutama untuk akademis.

Ternyata ada seorang yang kurang sependapat sama paradigma ini, beliau adalah bapak Ahmad Zaini, ketua Perpustakaan Umum di Kabupaten Pamengkasan, Madura. Beliau ingin merubah paradigma masyarakat tentang bagaimana perpustakaan yang biasanya dianggap sebagai pusat informasi saja, menjadi pusat pemberdayaan masyarakat dengan menciptakan informasi.

Oleh pak Zaini dan Coca-cola Foundation, Perpustakaan Umum di Kabupaten Pamengkasan, telah "disulap" menjadi pusat belajar berbasis teknologi informasi, dengan cara menggunakan sarana internet gratis untuk pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Berawal dari permasalahan yang ada disana :

  • Mirisnya kondisi perpustakaan,
  • Minimnya koleksi buku yang ada,
  • Perpustakaan yang buta management,
  • Minimnya literatur tentang daerah Madura sendiri,
  • Taman baca yang tidak berfungsi,
  • Minat baca masyarakat yang rendah,
  • dan banyaknya buku-buku yang hilang,

Awalnya beliau juga sempat bingung untuk membuat terobosan apa dengan dana anggaran yang kecil, 35juta per tahun? Beliau akhirnya menemukan jawabannya : membangun mitra.

Strategi kemitraan yang beliau terapkan :

  • Membangun keyakinan lewat kejujuran
  • Meyakinkan bahwa bermitra akan membawa manfaat bagi masyarakat
  • Menunjukan prestasi yang telah diraih
  • Bermitra akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak

Apa saja yang telah beliau lakukan?

  1. Keluar dari rutinitas dengan melakukan sesuatu yang berbeda. Perpustakaan cenderung berkaitan dengan buku, beliau mematahkannya : misalnya penerapan langsung dari informasi buku-buku, dengan pelatihan memasak. Pelatihan marketing bagi staff, pemasaran batik tidak lagi menggunakan cara manual (berkeliling menjajakan) tetapi bisa melalui internet. Dan edukasi untuk anak-anak Taman Kanak-kanak hingga Mahasiswa perguruan tinggi.
  2. Membuat publik bercerita sendiri dengan prestasi yang telah dicapai.
  3. Mengubah presepsi atau paradigma umum : Misalnya mobil putih = ambulance.

Mungkin memang sepele, perpustakaan biasa yang banyak ditinggalkan oleh orang. Tapi pak Zaini tak menyerah dan malah melakukan solusi-solusi yang kreatif dan melakukan hal yang berbeda untuk memberikan dampak bagi masyarakat dengan cara memanfaatkan dari apa yang memang mereka miliki yang akan berdampak pada kehidupan sosial. Inspiratif sekali ya!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar