Ini bener-bener sesuatu yang nggak lazim... (baca : baru)
...at least bagi saya.
Awalnya saya masih bingung dengan apa itu bisnis sosial. Ini hal yang baru saya pelajari dan masih berusaha saya pahami. Di suatu Rabu, datanglah Pak Murna Inrianto, yang memang sudah berpengalaman dibidang bisnis sosial sebelumnya.
Banyak hal yang telah beliau sampaikan kepada kami, salah satunya tentang contoh-contoh konkrit yang telah ada, misalnya majalah tentang kesejahteraan rakyat dan event Surabaya green and clean. Beliau juga menjabarkan tentang project yang sedang di kerjakan oleh beliau yaitu, "Semar Super" (Sentral Kuliner Surabaya Perform), sebuah cita-cita dalam upaya memajukan bisnis-bisnis home industri yang ada di sekitar wilayah Baratajaya di daerah Kebun Bibit Surabaya.
Bisnis sosial memang berbeda dengan bisnis capital yang berorientasi pada uang saja, bisnis sosial lebih berorientasi kepada chanelling.
Maka dari itu, beliau mengatakan, j
angan pernah merasa berbisnis sosial itu tidak bisa
mendapatkan untung! Karena sebenarnya, saat kita membantu mereka
berkembang, dengan berbagai cara salah satunya membimbing SDM, kita juga telah membiarkan mereka membantu kita berkembang
juga.
Dengan
memanfaatkan dengan baik segala sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam, maka kita dapat menjalankan bisnis sosial dengan baik. Tentu saja tetap, dengan cara yang baik dan cerdik. Melakukan pembinaan dan pendampingan komunitas, ikut serta, ada didalamnya dan menjadi bagian dari komunitas tersebut adalah salah satu cara mendukung sumber daya manusia agar dapat menghasilkan dengan baik.
Salah satu cerita yang menarik dari Pak Murna, yaitu tentang bagaimana beliau membantu seseorang yang akhirnya sukses menjadi pedagang bawang goreng dengan bermodalkan 50ribu rupiah. Dengan bantuan dan bimbingan Pak Murna sekarang orang itu sudah memiliki mesin untuk berbisnis bawang goreng dan telah sukses.
Kunci memulai bisnis sosial sebenarnya diawali dengan kejelian dan kepedulian terhadap lingkungan masyarakat sekitar yang tinggi, sehingga bisa melihat potensi dan peluang bisnis sosial yang ada, dan mengambil kesempatan dari situ. Karena bila di pikir-pikir, masalah sosial memang tidak pernah tidak ada habisnya.
Jujur saja, semua yang telah disampaikan oleh Pak Murna hari itu, masih sulit dimengerti oleh saya yang terbilang masih berusaha memahami tentang bisnis sosial ini. Saya belum bisa membayangkan bagaimana sebenarnya yang terjadi selain di teori, maksudnya kejadian nyatanya. Sehingga yang masih saya mengerti sangatlah sedikit. Tapi dengan banyaknya contoh yang diberikan oleh Pak Murna juga telah membuka wawasan saya tentang bisnis sosial ini.
Yap! Akhirnya TERJUN LANGSUNG ke lapangan!
Rabu selanjutnya, kami akhirnya pergi langsung ke tempat pembinaan ibu-ibu yang menjalankan bisnis home industri, di kelurahan Baratajaya. Kami datang telat, jadi sungkan juga sih..hehhe
 |
| Suasana di kantor kelurahan Baratajaya pas pendampingan.. |
Kami disambut dengan baik dan ibu-ibu disana ramah-ramah sekali. Mereka semua antusias untuk mengembangkan bisnis mereka dibawah bimbingan Pak Murna. Ada sekitar 11 kelompok bisnis yang hadir saat itu, mereka menjual beraneka macam produk, mulai dari makanan, kerajinan tangan, bahkan sabun pembersih.
Saya terkejut dengan banyaknya inovasi yang ada di produk-produk mereka, sudah memiliki nilai tambah yang bila dipoles dengan tepat tentu saja dapat berkembang dengan sangat baik. Misalnya, abon ikan lele, perkedel lele, tahu isi abon lele..dan rasanya enak! Ada lagi risoles mayo, siomay, pepes, nasi bakar sambel ijo, terang bulan mini, aneka bumbu masakan, kemoceng buatan tangan dari tali rafia yang halus sekali, sabun pembersih yang ramah lingkungan, baju yang dilukis, aneka bros bunga, dan masih banyak lagi produk-produk handmade yang bagus-bagus.
Banyak masalah yang telah dihadapi, biasanya karena
berbagai keterbatasan dari banyak hal. Misalnya, dalam pemasaran produk
sudah ada pasar, namun hanya temporary, jadi tidak tetap, pesanan tidak
selalu ada setiap hari.
Membuat produk-produk ini menjadi image dan menjadi sesuatu yang khas dari Surabaya adalah salah satu misi dan cara agar produk-produk ini dapat berkembang lebih baik dari segi penjualan. Sehingga terciptanya daya saing meskipun dengan modal yang kecil.
Selain itu ada 4 hal yang penting untuk keberlangsungan bisnis sosial :
- Channeling
- Value added
- Market
- Relationship
Pendampingan disini juga berhubungan dengan proyek yang minggu lalu sempat di singgung oleh pak Murna, tentang Semar Super, yang rencananya akan membuat stand-stand / outlet seperti yang ada di mall, yang akan di tempatkan di sepanjang jalan kebun bibit.
Loh, lalu modal membuat kiosnya dari mana? Ternyata akan di cari sponsor, dengan cara menjelaskan potensi yang ada di home industri yang dibina oleh pak Murna ini, sehingga stand tersebut akan dibiayai oleh si sponsor tadi. Dengan adanya outlet ini diharapkan permintaan produk meningkat sehingga produksi bertambah besar dan pendapatan lebih besar juga.
Yap! setelah pak Murna menjelaskan banyak hal dan memberi bimbingan..kami malah jadi icip-icip makanan hehee..kami diminta untuk memberikan kritik dan saran atas produk-produk yang ada. Ibu-ibu semua pada antusias, jadi seneng liatnya. Lain kali kami akan berkunjung lagi!