Saya kira bakal jalan-jalan di Ubaya nya, ternyataaa...
......dari Ubaya langsung jalan terus. Nggak masuk Ubaya nya. Ada apa inii??!! Apakah kita di culik??!! *ya nggak lah orang perginya sama dosen sendiri hahahhaaJadi, balik sedikit ke perjalanan menuju daerah Ubaya. Di awali dengan..mulek..mabok..soo..selama perjalanan saya teparr...dan menutup mata. Buka mata, langsung kumat lagi. jadi saya putuskan untuk tidur saja untuk menjaga keamanan dan kenyamanan warga satu mobil.
Mulai sadar waktu di depan Ubaya, tapi ternyata PUSDAKOTA itu terletak di Jl. Rungkut Lor III no.87, dari Ubaya itu masih jalan lagi dan masuk jalan kecil gitu. Kaget lohh waktu sampai sana! Masuk ke wilayah PUSDAKOTA langsung disambut sama pendopo yang besar yang tertutupi akar pohon gantung? pokoknya jadinya unik dan asyik. Lingkungan sekitar kantor juga sangat asri dan banyak tumbuh-tumbuhan.
![]() |
| Pendopo dengan akar pohon gantung |
Kita di sambut bu Laila, Kepala Departemen Pemberdayaan Masyarakat. Beliau kemudian menjelaskan tentang asal usul dari PUSDAKOTA yang telah berdiri sejak tahun 2000. PUSDAKOTA berdiri dibawah Ubaya namun diberi otonomi sendiri, sehingga PUSDAKOTA dapat mengatur semua urusan secara mandiri.
PUSDAKOTA memiliki 3 departemen:
1. Departemen Pemberdayaan Masyarakat, dibagi lagi menjadi 3:
a. Sosial
b. Lingkungan : Pendidikan karakter anak (sanggar-sanggar), dan Keluarga Kasih (kesehatan)
c. Ekonomi : WARAS (kewirausahaan
2. Departemen Literasi & Kultivasi
Untuk mensupport pengembangan literasi, membuat kebijakan-kebijakan, dan publikasi kegiatan
3. Layanan Umum dan Keuangan
PUSDAKOTA menerapkan konsep “eco home office” yaitu kantor yang bersuasana rumah yang nyaman.
Kemudian Beliau juga sudah
mengundang Bu Hermin, seorang pengrajin tas dari bahan ramah lingkungan.
Biarpun usia Bu Hermin telah memasuki masa senja, Beliau tetap giat menggeluti
bisnis pembuatan tas ini, katanya sekalian mengisi kegiatan. Bu Hermin adalah
salah seorang mitra dari PUSDAKOTA di bidang WARAS (wirausaha).
Mitra bagi PUSDAKOTA adalah seorang
teman yang sejajar statusnya, karena PUSDAKOTA menerapkan konsep berbagi,
saling berbagi ilmu dan lainnya.
Selanjutnyaaa…jalan-jalan!
Udah penasaran banget sama kebun organic, tempat penyaringan air, dll yang udah di bahas sedikit sama Bu Laila tadi. Capcuuuss!
Kami diajak berkeliling melihat
system pengolahan air buangan rumah tangga menjadi air yang aman untuk
penyiraman tanaman. Dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat di masyarakat, seperti ijuk dan arang, masyarakat dapat dengan mudah mengaplikasikannya.
Kemudian ada kebun sayur organic yang benar-benar asri (walau banyak semutnya..huhuu) tapi binatang-binatang itu justru membantu proses dari kebun organic ini kannn….
![]() |
| Sistem pengolahan limbah air |
Kemudian ada kebun sayur organic yang benar-benar asri (walau banyak semutnya..huhuu) tapi binatang-binatang itu justru membantu proses dari kebun organic ini kannn….
![]() |
| Kebun Organik |
Kemudian kami dibawa masuk lagi ke bagian
belakang wilayah PUSDAKOTA dan cukup kaget karena ada kolam ikan, yang juga organic,
yang ukurannya cukup besar. Masih sama seperti di depan, di bagian belakang ini
juga asri dan rimbun karena banyak tumbuh-tumbuhannya.
Jalan terusss….
......ada banyak
contoh-contoh model dan maket teknologi sederhana tentang yang ramah lingkungan
dan mudah di buat untuk pemakaian rumah tangga sehari-hari. Semuanya ada dalam
etalase di sertai penjelasan yang lengkap. Namanya “Model Taman Tekno-Sosial
Ramah Lingkungan.”
Contoh yang menarik buat saya yaitu cairan pembersih alami yang terbuat dari tempe, yogurt, air tebu, tape. Ada lagi pot tanaman yang terbuat dari bahan organic seperti tanah kering yang padat sehingga mengurangi pemakaian polybag. Cara membuatnya yang mudah dan cukup efektif sehingga bisa dengan mudah diaplikasikan di masyarakat.
![]() |
| Model Taman Tekno-Sosial Ramah Lingkungan |
Contoh yang menarik buat saya yaitu cairan pembersih alami yang terbuat dari tempe, yogurt, air tebu, tape. Ada lagi pot tanaman yang terbuat dari bahan organic seperti tanah kering yang padat sehingga mengurangi pemakaian polybag. Cara membuatnya yang mudah dan cukup efektif sehingga bisa dengan mudah diaplikasikan di masyarakat.
Kemudian kita memasuki tempat
pembuatan pupuk kompos dengan system “keranjang Takakura" yang dulunya langsung
diajarkan oleh seorang dari Jepang. Agak kaget juga, saya piker pupuk kompos
akan sangat berbau busuk, yang ini tidak! Baunya Cuma sedikit apek dan sangat
banyak sekali hewan-hewan untuk menguraikan pupuk kompos tersebut. Hmmm….
Terus terang saya kagum dengan
PUSDAKOTA karena meskipun banyak kendala, awalnya kurang diterima oleh
lingkungan sekitar, namun PUSDAKOTA tetap berusaha bertahan dan bisa eksis
hingga saat ini. Salut dehh!!









Tidak ada komentar:
Posting Komentar