Sabtu, 22 November 2014

Yukkk..coba bikin-bikin cookies :D

Minggu-minggu ini lumayan amazing.


Yah, seperti biasa, mendekati minggu-minggu UAS, biasanya project-project pada ngumpul gitu minta di eksekusi. Hari kamis jumat ini, kami musti running resto buat 1x makan malam..yah walaupun 1malam saja, persiapannya...lumayan lah...hehehe, namanya juga mahasiswi. Eh, kok malah melenceng? Lupakan project yang itu. wkwkwk

Kemudian, setelah janjian dengan ibu-ibu tukang sapu di daerah sekitar kampus kami, kami akhirnya berhasil membuat janji bertemu dan bertandang ke rumah salah satu ibu, Ibu Aadmiatun namanya. Beliau biasa di sapa ibu Tun. Karena jam kerja ibu-ibu tersebut dari pagi hingga jam 3 sore, jadilah kami hari itu, hari Rabu, jam 4 sore berangkat ke rumah ibu Tun, di daerah jalan Jeruk.

Setelah menyiapkan perlengkapan malam sebelumnya, bahan-bahan seperti kacang hijau, gula, telur, dll dan peralatan seperti oven, baskom, sodet kue, plastik, mixer, dll, kami memulai pelatihan tersebut. Sebenarnya lebih tepat di sebut membuat kue bersama, dibanding dengan pelatihan, karena "pelatihan" kesannya lebih menggurui bangeett...sedangkan kami kan, sama-sama belajar juga dengan ibunya..hehehe...



Bersama Bu Tun di kediaman Beliau

Ketika kami datang kami disambut dengan ramah Bu Tun beserta menantu dan tetangganya. Kami juga bertemu Jibril, cucu Bu Tun yang sangat lucu. Tetangga Bu Tun sangat antusias dan penasaran dengan cookies yang akan dibuat. Beliau mengaku baru pertama kali memegang mixer, awalnya bahkan menolak untuk mencoba memixer adonan karena takut.

Tetangga Bu Tun yang ikut bersama


Bersama menantu, cucu, tetangga dan Bu Tun

Menantu dan tetangga Bu Tun menyemprotkan adonan ke atas loyang

Bu Tun mencoba menyemprotkan adonan ke atas loyang
 Bu Tun beserta menantu dan tetangganya mencoba membuat adonan cookies sambil kami pandu perlahan.


Dapur Bu Tun, memanggang cookies

Bu Tun dan tetangganya mencungkil cookies yang telah matang

Sepanjang membuat cookies bersama kami berusaha menjawab pertanyaan yang ditanyakan kepada kami dengan sebaik mungkin. Kami juga saling bertukar cerita, mencoba mendekatkan diri dengan ibu-ibu..hehe jadi merasa jadi ibu-ibu PKK gitu dehh heheee...


Dari kegiatan ini saya jadi belajar banyak tentang bagaimana berinteraksi lebih baik lagi dengan orang-orang yang berbeda-beda latar belakangnya. Saya belajar bagaimana cara berkomunikasi dengan sopan namun tetap berusaha tidak menciptakan "gap". Selain itu saya yang orang daerah, merasa terkendala dengan bahasa yang digunakan olah para ibu-ibu karena tidak terlalu mengerti..hehehee

Juga saya juga merasa kurang peka terhadap para ibu-ibu karena melupakan waktu mereka untuk beribadah, karena sungkan mereka tidak mau meninggalkan kami, saya jadi merasa sangaaatt bersalah TT Selain itu saya juga melupakan bahwa mereka punya waktu berkumpul dengan keluarga yang mungkin telah kami ambil...karena kegiatan ini berlangsung sore-sore menjelang malam...akhirnya kami mencoba membuat kegiatan ini seefisien mungkin dengan tidak mencuci peralatan di rumah Bu Tun, namun di rumah masing-masing.

Dari Bu Tun saya jadi mengingat bagaimana hangatnya sebuah keluarga, karena melihat cucu bu Tun yang kolokan terhadap Bu Tun. Jadi kangen almarhum Nenek..semoga beliau berbahagia di sana ya :") Saya juga belajar untuk lebih bisa bersyukur, karena dengan keadaan Bu Tun saja beliau sudah bisa berbahagia berkumpul bersama keluarga :D

Foto bersama  :D
Kami akhirnya beres-beres dan berpamitan pulang, pada jam 6 lewat, meminta maaf karena telah merepotkan dan mengambil waktu berkumpul mereka. Kegiatan diakhiri dengan berfoto bersama! Pengalaman baru!! :D

Sabtu, 08 November 2014

ANGER!!!

Wow. Baru sadar kalau ANGER atau kemarahan itu penting.


Dari kecil saya selalu diajari untuk tidak menunjukan rasa marah itu. Anggapan kasarnya, marah itu sesuatu yang negatif, dan tabu. Jadi ya, biasanya cukup dipendam saja tanpa dilampiaskan.

Tapi!


Sharing bersama Pak Gama itu mengubah presepsi saya tentang kemarahan itu sendiri.
Ternyata kemarahan itu penting sekali! Marah merupakan suatu emosi yang sebenarnya merespon terhadap cinta. Jadi misal kita marah karena HP kita hilang, itu karena kita mencintai HP tersebut. Memiliki kemarahan itu penting karena, dengan adanya rasa marah itu dapat menjadikan dorongan bagi kita untuk bertumbuh. Tapi tentu, kemarahan yang ada harus beralasan benar dan bisa di salurkan kepada sesuatu yang positif.

Marahlah terhadap ketidakadilan dunia, jika kita merasakan sendiri pengalaman yang mengubah hidup kita, yang akan sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek dalam kehidupan kita, maka kita akan mendapat dorongan yang besar untuk menjadi agent of change.

Hal selanjutnya yang di sharingkan adalah tentang masalah global mindset yang ada di dunia luas pada zaman sekarang. Ada 3 hal yang sebenarnya menjadi akrab dengan kita, namun tidak terpikirkan:
1. Hubungan manusia dengan lingkungan : manusia semakin tidak perduli dengan lingkungan hidup
2. Hubungan manusia dengan manusia yang lainnya : manusia seakan-akan berinteraksi dengan manusia yang lainnya, namun hubungan sebenarnya sungguh tidak sehat, contohnya manusia teracuni dengan gadget sehingga tidak berinteraksi secara langsung
3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri : terlalu egosentris, tidak perduli dengan hal lainnya.

Hal selanjutnya adalah tentang ISO 26000 yaitu standard dari CSR (Coorporate Sosial Responsible) yaitu skema sistematik tentang bagaimana seharusnya bisnis sosial itu berlangsung.

Hari ini saya mendapat banyak pelajaran dan tersadarkan bagaimana seharusnya manusia itu, back to hati nurani..

Building Your Self - Image Through Social Media

Ini kapita kedua dalam semester ini.

 

Saya memilih judul kapita yang berkaitan dengan pembangunan image diri.
Saya pikir, penting banget nih pencitraan diri, apalagi dalam dunia bisnis. Punya "reputasi" yang bagus itu kan penting, image yang baik untuk keberlangsungan bisnis.

Jadi, saya melangkah ke kelas kapita di pagi itu, jam 10.30. Dosen yang memberikan materi sangatlah bersemangat dan lucu. Beliau memberikan contoh-contoh relevan yang ada di kehidupan sekitar, misalnya selebriti macam Syahrini gitu. Syahrini itu konsisten dengan image yang telah dipilihnya, makanya bisa sukses.

Tapi sebelum konsisten, maka kita harus memilih, hendak jadi apa kita, apa yang akan kita citrakan, value apa yang akan kita berikan agar orang bisa menerima dan mengingat kita. Jangan lupa diferensiasi dengan yang lain, agar uniqueness kita lebih menonjol.

Contoh lainnya, Carie Underwood yang sangat ramah, sehingga orang-orang senang dan menghargai mengidolakan dia.

Setelah itu, masing-masing dari peserta di suruh menuliskan passion apa yang kita miliki, agar dapat menentukan image apa yang hendak kita bangun. Hmmm...sempet bingung sih, hehehe

Overall, kapita ini cukup menarik karena materi yang disampaikan bukan hanya teori yang tidak bisa kita praktekan di kehidupan sehari-hari dan dalam berbisnis. Selain itu juga disertai contoh-contoh yang mudah dimengerti, sehingga saya jadi lebih paham bagaimana cara mencitrakan diri yang baik. Gitu dehh!