Holaa~!!
Here We Are!! JOGJA!!!!
Jadi, ceritanya kita anak-anak Esos pergi bareng untuk dapat
insight atau inspirasi untuk bisnis kita masing-masing. Jogja dipilih karena
kota ini kaya dengan ide-ide yang kreatif, tanpa meninggalkan sisi socialnya.
Total kita 3 hari, jadi hari selasa sore kita berangkat (dan kita terpaksa
bolos kelas, hihi) dan pulang kamis malam (ini juga bolos lagi, hiihi) Kita
naik kereta api, tuttt tuuttt tuuuttt siapa hendak turut? *lohh melenceng ini,
wkwkk Perjalanan dengan kereta api Surabaya – Jogja makan waktu sekitar 5 jam.
Gudeg Pawon
Sesampainya di Jogja..telerrrr…lumayan juga duduk doang di
kereta selama 5 jam. Penaatt….nyampe sana sudah jam 9an malem gitu… Lanjut
makan gudeg pawon (jujur, sebenernya rada males makan gudeg lagi, karenaaaa…setahun
yang lalu kami jurusan kuliner juga ke Jogja dan ditugasi untuk makan-makan
gudeg terus dibandingkan gitu. Jadi lumayan eneg makan gudeg. Tapi ternyata, entah lapar atau apa, enak sih gudegnya. Dan tempatnya memang unik, menggunakan rumah sendiri, dapur sendiri, super homy deh!!
Keesokan harinya, hari Rabu, kita pergi ke beberapa tempat:
Mandiri Craft / Karya Cipta Mandiri Craft
Kita di sambut oleh Pak
Jok Purwadi bagian jurnalistik, yang lalu memperkenalkan kami pada Kepala staff
Personalia, Pak Arif Wibowo. Pak Arif kemudian menjelaskan tentang Mandiri
Craft ini.
Berdiri sejak 3 September 2007 di bawah
Yayasan Penyandang Cacat Mandiri, awalnya karena adanya keprihatinan kepada
korban-korban gempa yang butuh di rehabilitasi. Mereka focus pada 4 aspek
yaitu:
a.
Sosial budaya
b.
Ekonomi
c.
Agama
d.
Kemanusiaan
Mandiri Craft memiliki prinsip
inklusifitas, yang berarti tidak memandang fisik, sehingga walaupun mereka yang
berkebutuhan khusus memiliki berbagai keterbatasan, namun mereka tetap bisa
terus berkarya. Kegiatan utama mereka adallah
menciptakan lapangan kerja dan memberikan penghasilan bagi mereka yang memiliki
kebutuhan khusus. Ada sekitar 15 orang berkebutuhan khusus yang bekerja di
Mandiri Craft, beberapa diantaranya tinggal di Mess yang telah disediakan.
Mandiri Craft menjual berbagai
hasil karya mereka yang berkebutuhan khusus, yaitu mainan anak-anak yang
terbuat dari kayu. Hasil karya mereka sangat bagus loh! Selain menggunakan cat
yang aman untuk anak-anak, mainan kayu-kayu tersebut telah di proses satu per
satu dengan hati-hati sehingga sangat halus dan aman digunakan untuk bermain.
Mandiri Craft bahkan sudah mengekspor produknya,
meskipun masih lewat pihak ketiga. Mereka mengakui bahwa mereka masih lemah
dalam bidang promosi karena tidak adanya website. Selain itu mereka memakai system
konsinyasi, dengan kisaran harga produk Rp 30.000-Rp 150.000.
Saya kagum dengan Mandiri Craft karena
telah menginspirasi saya, ide sederhana yang
telah bisa menyelesaikan sedikit masalah social yang ada. Mandiri Craft
tidak hanya memberdayakan orang-orang berkebutuhan khusus namun juga memberikan
mereka kesempatan dan kebanggaan juga makna hidup untuk dapat terus melanjutkan
hidup mereka.
Diakhir kunjungan kita berfoto bersama ^^
Batik Tulis Sri Kuncoro
Setelah dari Mandiri Craft, kita
lanjut ke Batik Tulis Sri Kuncoro yang terletak di desa Imogiri, tepat di
belakang Makam Raja-Raja. Jadi ceritanya di desa itu ada 15 kelompok berbeda,
yang hamper semuanya bisa membatik, diajarin dari mereka kecil gitu. Motif
batik di sini khas karena kebanyakan motif-motif kerajaan.
Terus, apa sih istimewanya batik
ini? Ternyata batik ini menggunakan pewarna alami dari alam! Unik sekali ya,
menggunakan daun mangga, kulit daun, kulit buah, kulit kayu mahoni, kangkung
gajah, dan lain-lain untuk pewarnaannya. Untuk pengunci warna mereka
menggunakan kapur, tawas, tunjung. Tapi tidak semua menggunakan pewarna alami,
karena prosesnya yang rumit, sehingga harganya menjadi naik. Harga batiknya mulai
dari Rp 125.000 untuk batik cap biasa dengan pewarna sintesis, dan Rp750.000 -Rp
2.000.000 untuk katun dan sutra yang menggunakan pewarna alami.
Selain itu, motif yang ada dalam batik
itu ternyata memiliki arti yang berbeda-beda tiap gambarnya. Misal, Batik Sri
Kuncoro, yang motifnya seperti padi, ular, merak, yang ternyata batik ini menggambarkan
Dewi Sri, Dewi padi. Ada lagi Batik motif perang, yang tidak boleh dipakai ke
acara pernikahan, karena sebenarnya bergambar pisau. Juga ada Batik pagi-sore, jadi
kain batiknya ada 2 macam motif, yang dipakai untuk pagi di satu sisi motifnya
dan sore di sisi lainnya. Wiii…keren-keren banget ya ternyata warisan sejarah
Indonesia!
Batik dengan pewarna alami itu
harus dirawat dengan baik loh, karena selain warna nya tidak begitu mencolok,
batik ini juga bisa cepat pudar warnanya. Sebaiknya batik di cuci dengan buah
Lerak, dan dijemur tidak terkena sinar matahari langsung.
Kita kemudian boleh liat proses
pembatikan dan lihat-lihat contoh batik, cantik-cantik semuaaaa sayang kantong
pas-pasan jadi ngiler doing mau beli batik TT
Kagum deh, sama Batik Sri Kuncoro
yang tetap mempertahankan nilai-nilai historis, budaya, social, sekaligus
menjaga lingkungan!!
Omah Dhuwur
Laparr!!!!! Setelah mampir ke 2
tempat..dan lewat dari tengah hari…kita semua kerucukan. Akhirnya ini nih,
tempat saya harus berguru. Omah Dhuwur artinya sendiri, omah = rumah, dhuwur =
tinggi, sesuai tempat resto ini yang ternyata bekas rumah tinggi Belanda. Omah
Dhuwur ini adalah sebuah tempat makan yang..pokoknya tempatnya keren
bangettt..kesannya mewah banget, tapi tetap homy. Ada taman yang luas dan rumah
joglo juga.
Omah Dhuwur berhasil mengangkat
menu-menu Indonesia menjadi setara kerennya dengan menu internasional. Menu
makanannya berkisar sekitar Rp 30.000-Rp 150.000, minuman sekitar Rp 7.000-Rp
30.000 (rasanya sih ya, udah rada lupa hehee..) Platingnya bagus dan menarik,
rasanya cukup enak.
Sehabis makan kami bertemu dengan
ownernya, Pak Irsyam. Beliau sudah memiliki 4 macam resto dengan konsep yang
berbeda-beda:
a.
Pendopo di Kraton: siangnya buffet untuk travel
agent, malamnya jadi angkringan
b.
D’luweh: focus pada minuman tradisional, ada 30
jenis, harga Rp 5.000an
c.
Omah Dhuwur
Mengapa Pak Irsyam memilih bisnis
makanan bertema tradisional?
-
Bahan dan pasar mudah didapat
-
Pesaing sedikit
-
Rasa sulit ditiru
-
Perkembangan pariwisata mendukung
Beliau memberikan kami saran untuk
bisnis makanan: harus dapat menguatkan brand, memodifikasi dan berani mencoba,
dan berani memberikan sampling. Selain itu promosi dan pemasaran lewat social media
merupakan cara yang cukup efektif. Stelah itu kita di kasih tester
macam-macam minuman aneh nan unik hasil ide dan kreatifitas Pak Irsyam. Uwaaaa dapet
banyak inspirasi dari Omah Dhuwur!!
Kerajinan Perak
Jadi ceritanya, Pak Irsyam pemilik
Omah Dhuwur itu punya usaha keluarga turun temurun, yaitu kerajinan perak. Kita
diajak masuk dan melihat-lihat cara pembuatan kerajinan perak. Wuuiiii…seru!
Jalan jajanan pasar, hunting Kepo
Apaan tuh Kepo? Kepo atau Kipo itu
jajanan pasar khas Kotagede. Mumpung kita di sini, sekalian nyari Kipo deh.
Kipo itu singkatan dari “Iki opo” jadi penemuan kue ini secara tidak sengaja
gitu. Udah penasaran dari lama, dan ternyataa..bentuknya kecil-kecil sebesar
jempol gitu, di bakar. Rasanya mirip klepon tapi isi kelapa serut dan agak
kering. Rasa penasaran terpuaskan!
D’luweh
Satu lagi bisnisnya Pak Isyam selain
Omah Dhuwur, namun D’luweh focus pada minuman tradisional yang unik-unik, ada
sekitar 30 jenis. Tetap ada menu makanannya missal sop sayur, ayam goreng jinten,
dll. Target marketnya untuk orang local karena tempatnya yang terkesan homy
seperti angkringan, dengan pepohonan yang nyaman untuk nongkrong. Harganya juga
tidak terlalu mahal. Kita di traktir makan sama Pak Irsyam akhirnya, jadi
maluuu..hehhee
Setelah itu kita pulang dan tepaarr…jadi beberapa dari kami
memutuskan nggak ikut jalan-jalan ke malioboro, karena udah pernah ke sana
tahun lalu. Waktu bersantai dan makai wifi di ruang bermain deket lobby, ehhh kita
ketemu bule dari berbagai Negara..dan mereka lagi latihan akrobatik yoga!!
WWOOOO keren banget!! Dan heppy bisa kenalan nambah temen baru ^^
SALAM
 |
| Jalan menuju SALAM |
Keesokan harinya, kita pergi ke tujuan terakhir…SALAM!! Atau
Sanggar Anak Alam. Perjalanannya agak jauh dan masuk-masuk jalan kecil. Tapi suasananya
sangat..damai..bikin rindu masa kanak-kanak yang masih sering bermain. SALAM
dikelilingin sawah yang hijau dan memiliki 1 gedung. Kita di sambut oleh
pendirinya, Bu Sri Wahyaningsih, dan Pak Yudis, ketua Pusat Kegiatan Belajar
Mengajar (PKBM).
SALAM sudah berdiri sekitar 24 tahun yang lalu, merupakan
salah satu sekolah informal dengan metode belajar yang berbeda. Berawal dari
keprihatihan bu Wahya, terhadap kemiskinan dan kurangnya pendidikan yang
menyebabkan hilangnya masa kanak-kanak kebanyakan warga desa. Fokus kepada 4
aspek yang saling berkaitan:
-
Pangan
-
Sosial Budaya
-
Kesehatan
-
Lingkungan hidup
 |
| Menonton film hasil liputan Tupperware She Can! tentang SALAM |
Dengan berfokus pada 4 aspek utama yang menurutnya krusial,
Bu Wahya kemudian bisa menggerakan ekonomi kerakyatan, misalnya dengan mengajak
pemuda sekitar beternak, berjualan susu kacang kedelai, dll. Akhirnya muncul
Kerabat SALAM, atau mitra bisnis yang saling membantu kegiatan-kegiatan yang
ada di SALAM. SALAM berdiri tanpa bantuan dari pemerintah atau donasi-donasi,
SALAM dapat sustain hingga saat ini karena adanya kegiatan bisnis yang dapat
menyokong keberlangsungan SALAM, juga karena adanya dukungan dari komunitas.
Tiap harinya SALAM memiliki kegiatan-kegiatan berbeda-beda
dan sangat variatif. Saya kagum dengan metode, ide dan kreatifitas serta
eksekusi dari ide-ide tersebut yang dapat membuahkan hasil yang luar biasa.
SALAM memberikan saya banyak inspirasi dari bagaimana mengelola dan
memanfaatkan, merangkul dan memelihara hubungan antar banyak pihak.
Nah, gitu deh cerita study tour saya. Seruu kann?? Masa nggak
tertarik untuk menggali pengetahuan lebih dalam?? hehehee